Sunday, October 12, 2014

Surat untuk Anak Perempuanku

Kemarin saya sudah publish surat yang dialamatkan kepada anak laki-laki saya nanti. Berikutnya adalah surat yang saya alamatkan kepada anak perempuan saya. 

Meskipun saya belum pernah benar-benar berbicara langsung pada anak perempuan (anaknya juga belum ada dan entah kapan ada), tapi saat menulis surat ini saja terasa emosi yang berbeda, dibandingkan saat menulis surat kepada anak laki-laki. Berbicara pada anak perempuan seperti berbicara pada diri sendiri, sehingga pergulatan emosinya lebih terasa. 

Oh iya, mungkin ini sesungguhnya detil yang tidak penting, tapi biarlah saya katakan. Saya ingin dipanggil "ibu" oleh anak-anak saya nanti. Tidak ada alasan khusus, rasanya lebih sederhana dan down to earth saja. Berikut surat saya sebagai "ibu" kepada anak perempuan saya:


Dear anak perempuanku,

Pernah ada seorang teman ibu, pemimpin redaksi sebuah surat kabar harian, berkata pada ibu, “Beruntunglah kita yang terlahir sebagai perempuan, kita memiliki banyak sekali keistimewaan dan keunggulan. Apapun tantangan yang ada di dunia ini, perempuan selalu bisa mengatasi. Kita ini hebat.”

Putriku sayang, teman ibu itu benar. Terlahir sebagai perempuan adalah anugerah besar. Jika laki-laki ditunjuk sebagai pemimpin atau imam, perempuan adalah kekuatan penyeimbang. Tugas perempuan adalah menopang apa-apa yang mulai goyah dan timpang. Pemimpin dan penyeimbang adalah dua kekuatan yang sama, tak satu pun mengalahkan yang satunya. Dua-duanya harus ada di dunia.

Mengapa ibu membuka surat ini dengan memberitahumu bahwa perempuan tak kalah istimewa dari laki-laki, bahkan kalian dilahirkan dengan peran yang sama pentingnya? Ibu tak ingin anak perempuan ibu menjadi kecil karena didesak paham yang mengatakan bahwa fitrah perempuan adalah di bawah laki-laki. Ibu tak ingin anak perempuan ibu tumbuh dalam kebingungan, dimana mereka dituntut untuk menjadi pintar tapi jangan terlalu pintar, mandiri tapi jangan terlalu mandiri, kuat tapi jangan terlalu kuat.

Nak, kamu punya hak yang sama dengan laki-laki untuk berkembang dan maju. Menjadi banggalah atas dirimu sendiri. Menjadi hebatlah atas kemampuan dan kemauanmu sendiri. Perempuan diciptakan dari rusuk laki-laki, karena perempuan ditakdirkan berada bersisian dengan laki-laki. Menopang saat mereka limbung, menguatkan saat mereka lemah, menjadi hati saat mereka berlaku tanpa emosi, menjadi logika saat mereka bertindak hanya dengan rasa. Menurutmu, perempuan seperti apa yang bisa menjalankan peran seperti itu? Perempuan yang hebat.

Feminisme? Tidak. Ibu tidak mengajarkanmu soal feminisme atau kesetaraan gender. Ibu mengajarkanmu menjadi manusia yang sama dengan siapa saja. Manusia yang saling menghormati dengan sesamanya, apapun jenis kelaminnya, berapapun umurnya, betapapun berbeda keadaannya. Ibu tentu akan marah jika kamu lalu mengecilkan laki-laki, karena kamu merasa lebih hebat dari mereka. Sama seperti ibu akan marah pada laki-laki yang merendahkanmu karena merasa dirinya harus lebih tinggi darimu.

Jika suatu hari ada laki-laki yang mengerti bagaimana membuatmu merasa bangga dan nyaman dengan dirimu, menghormatimu seperti menghormati perempuan-perempuan lain dalam hidupnya, ibu ingin bertemu dengannya. Mungkin dia adalah laki-laki yang Tuhan tunjuk untuk jadi penjagamu sepanjang hayatnya, menggantikan peran ibu.

Setelah kamu mengerti posisi dan peranmu, berangkatlah dari situ untuk melakukan yang terbaik yang kamu bisa untuk hidupmu. Jadilah penyeimbang untuk siapa saja. Memberilah sebanyak kamu bisa, karena semakin banyak memberi, semakin banyak yang akan kamu dapati.

Putriku sayang, ibu tidak akan membekalimu dengan kunci hidup bahagia, karena sejujurnya ibu tidak punya, dan memang tidak pernah ada yang punya. Jika banyak orang tua akan mendoakan anak-anak mereka untuk bahagia selama hidupnya, sayangnya ibu tidak bisa. Ibu akan mendoakan agar anak-anak ibu tumbuh menjadi anak yang kuat dan pantang menyerah.

Selama kita masih hidup di dunia, tidak ada satu pun yang abadi, pun demikian dengan kebahagiaan. Kamu tidak akan mungkin bisa bahagia selamanya, pun tidak akan mungkin berduka selamanya. Bahagia dan tidak bahagia akan datang bergantian, maka kamu harus bisa mengatasi keduanya. Bagaimana caranya? Syukur dan ikhlas.

Menerima apapun yang terjadi padamu sebagai bagian dari perjalanan hidup bukanlah perkara mudah. Mungkin kamu akan merasakan luka terdalam hingga rasanya sakit tak berkesudahan, rasakanlah. Mungkin kamu akan merasakan sesak di dada yang membuat air mata seolah tak mau mengering, menangislah. Mungkin kamu akan merasakan kaki lemah tak berdaya, istirahatlah. Terimalah bahwa manusia pada dasarnya lemah. Terimalah bahwa ini adalah bagian dari hidupmu di dunia. Basuh wajah dengan air wudhu, bersimpuh dan bersujudlah, akui kelemahanmu pada Yang Maha Kuat, hadapkan wajahmu pada-Nya, mengadu dan meminta.Setelah itu berjalanlah lagi, temukanlah lagi apa-apa yang kamu cari.

Kamu akan bertemu dengan orang-orang yang beragam sifat dan karakternya. Tidak semuanya orang baik. Tidak semuanya mengerti bagaimana harus berlaku dan bersikap terhadap orang lain. Tidak semuanya bisa diajak saling menghormati dan menghargai. Bahkan mungkin kamu akan lebih banyak bertemu mereka yang menyakiti dan mengecewakan. Meski demikian tetaplah berbuat baik, tetaplah menghormati, tetaplah santun dalam bersikap dan bertingkah laku. Maka kamu akan hidup tenang mengetahui kamu telah melakukan yang terbaik.

Perhiasan dunia kesayangan ibu, yang ibu katakan dalam surat ini hanyalah serangkaian kata dan pesan dari pengalaman. Pada akhirnya, kamu harus menjalani hidup ini sendiri, dengan tangan dan kakimu sendiri. Berpikir dengan logika, merasa dengan hatimu sendiri. Harapan ibu, apa yang kamu baca di surat ini akan membantumu mempertimbangkan apa yang akan kamu lakukan.

Lewat surat ini pula ibu ingin berkata bahwa selamanya kamu adalah anak perempuan ibu, putri kesayangan ibu yang akan selalu di hati dan pikiran. Ingatlah selalu bahwa kapanpun kamu butuh pangkuan untuk mengistirahatkan kepala sebentar, pelukan untuk melepaskan penat sesaat, pulanglah pada ibu. Pangkuan dan pelukan ibu tidak akan pernah hilang darimu, karena mereka adalah milikmu selalu.

Kecup peluk sayang selalu untukmu,



                         -ibu-

Saturday, October 11, 2014

Surat untuk Anak Lelakiku

Saat di perjalanan pulang, di dalam taxi, sendirian, mendengarkan alunan musik yang saya sendiri sudah lupa judulnya. Tiba-tiba terbersit keinginan berbicara pada anak-anak saya, yang mungkin baru akan ada (lahir atau adopsi) beberapa tahun lagi, atau mungkin tak akan pernah ada. Mendadak muncul keinginan bicara panjang lebar, menceritakan tentang hidup dan dunia, pada mereka. 

Sesampainya di rumah, meski sudah menginjak tengah malam, saya memaksakan diri menulis sebuah surat yang dialamatkan kepada anak-anak saya nanti. Saya buat dua versi, surat untuk anak laki-laki dan anak perempuan. Berikut ini adalah surat yang saya tulis untuk anak laki-laki saya nanti. Surat untuk anak perempuan, Insya Allah, akan saya publish besok. 

Dalam file Microsoft Word surat ini memakan dua halaman A4, maka saya yakin dalam bentuk blog post akan jadi sebuah artikel yang panjang. Peringatan awal saja bagi siapapun yang kebetulan mampir ke sini.


Dear anak lelakiku,

Banyaklah berbuat salah, banyaklah membuat ibu marah. Ibu tidak mengharapkan anak lelaki yang sempurna, tampan dan cemerlang budi pekertinya. Ibu ingin melihatmu tumbuh menjadi pribadi yang tangguh. Pribadi yang bijaksana karena ditempa pengalaman, termasuk di dalamnya pengalaman menjadi salah dan membuat ibu marah, gagal dan membuat ibu kesal.

Anak lelakiku, kesalahan dan kegagalan adalah perkara yang tidak akan bisa kamu hindarkan. Menakutkan? Tentu saja. Jangankan kamu, ibu pun merasakan hal yang sama. Ibu pun takut berbuat salah dan gagal membesarkanmu menjadi manusia yang baik. Tapi ibu bertekad bahwa ibu akan melakukan yang terbaik dan menolak menyerah. Nah, hal yang sama ibu harap bisa kamu tangkap. Sebanyak apapun salah yang kamu perbuat, asal kamu selalu mau memperbaiki dan berbuat yang lebih baik lagi, hapuslah sudah kesalahan tadi, berubah jadi pengalaman berharga untuk bekal hidupmu kelak.

Nak, laki-laki tangguh bukanlah laki-laki tanpa kelemahan. Laki-laki tangguh adalah laki-laki yang berani mengakui kelemahannya dan mengenali kekuatannya. Laki-laki tangguh adalah laki-laki yang tidak membuat dirinya tinggi dengan merendahkan orang lain, ia menjadi tinggi karena ia tak henti mendaki.

Tentu saja semakin tinggi mendaki, semakin berat medan yang kamu hadapi. Tapi ingatlah bahwa tidak ada yang tak mungkin terlampaui. Tuhan sendiri berkata, bahwa Ia tidak akan memberi ujian kecuali hamba-Nya mampu mengatasi.

Putra kesayangan ibu, Tuhan menunjuk laki-laki – dirimu – sebagai imam atau pemimpin, maka memimpinlah. Pemimpin adalah mereka yang tahu kemana melangkah, tahu bagaimana berperilaku, dan tahu bagaimana menyayangi dan menghargai. Kamu terlahir sebagai pelindung bagi pasanganmu, perempuan. Bukan, bukan karena laki-laki terlahir lebih kuat dan hebat, karena di zaman ibu sekarang saja sudah banyak perempuan yang tak kalah hebat dari laki-laki, apa lagi di zamanmu nanti. Laki-laki terlahir sebagai pelindung karena kasih sayang dan rasa hormat.

Rasul pernah berkata pada sahabatnya, saat ditanya mengenai keutamaan antara ibu dan ayah, bahwa ibu adalah lebih utama sehingga ia menyebutkannya hingga tiga kali sebelum menyebut ayah. Bukan semata-mata karena ibu yang melahirkan dan membesarkanmu, tapi karena perempuan memiliki keutamaan yang membuatnya berhak dihargai, dihormati, disayangi, dan dilindungi. Meskipun banyak perempuan lebih hebat dari laki-laki, tetap saja mereka perempuan, tak ada bedanya. Mereka tetap ciptaan Tuhan yang berhak mendapat keutamaan, penghargaan, dan perlindungan. Dari siapa? Dari laki-laki, darimu.

Pujaan hati ibu, jangan tertipu dengan iming-iming bahagia. Hidup di dunia ini sudah dibagi porsinya, suka, duka, luka, semua dijamin ada. Mustahil kamu hidup hanya dalam suka, atau merasa duka belaka, atau seumur hidup dirundung luka. Karena kamu hidup, kamu harus merasakan semuanya. Satu hal yang bisa kamu lakukan adalah bertahan dan tetap berjalan. Bagaimana caranya? Syukur dan ikhlas. Jika kamu selalu mensyukuri dan menerima dengan tulus apa yang terjadi, peduli duka, luka, atau suka, maka kamu akan tetap bisa bertahan, hingga akhir waktu Tuhan memanggilmu.

Belajarlah dari apapun yang terjadi padamu dan siapapun yang berada di sekelilingmu. Mereka semua itulah yang akan membentuk dan mendewasakanmu. Memberimu bekal menjadi laki-laki tangguh yang pantang menyerah.

Bolehkah laki-laki menangis? Boleh. Bagi ibu tangismu adalah wujud kemanusiaanmu. Air matamu adalah bukti kemampuanmu mengalahkan egomu. Saat kamu tak lagi merasa segan mengeluarkan air mata dan tampak lemah di depan seorang perempuan, maka kenalkan ia pada ibu. Kemungkinan besar, dialah yang diciptakan Tuhan sebagai rusukmu, yang terlahir menjadi penyeimbang hidupmu. Perempuan yang akan menjadi tanggung jawab dan wajib kamu hormati, sayangi, dan hargai, sepanjang hayatmu.

Anak lelakiku, tak ada satu pun yang pasti dalam hidup ini, tapi jangan ragu akan kasih sayang ibu yang  tanpa akhir akan selalu memelukmu, serta doa yang tak akan henti menyertaimu. Saat hidup terasa tak tertahankan, saat luka menguras air mata dan kewarasan, jangan pernah menyerah. Mengadulah pada Maha Pemilik Kekuatan, basuh tubuh dengan air wudhu, palingkah wajahmu pada-Nya, meminta.

Tahukah kamu, anakku, apa resep membuat nyaman di hati? Banyaklah memberi. Ibu bukan bicara harta, ibu bicara apapun yang kamu punya. Uang, ilmu, bahkan hal sesederhana senyum. Saat kamu memberi, maka bersiaplah menerima. Hukum hidup ini demikian sederhana, kok. Kamu menuai apa yang kamu tanam, menerima apa yang kamu berikan.

Setiap kali kamu memutuskan ingin berbuat sesuatu, berkacalah, lalu tanya pada dirimu, apakah yang kamu lakukan ini akan membuatmu bangga pada dirimu? Itu saja sebagai langkah awalmu mengambil keputusan bagaimana berlaku. Jadilah laki-laki yang tegas namun lembut hatinya, pintar namun sederhana perilakunya.

Ibu tidak akan banyak berpesan lagi padamu. Saat membaca surat ini tentu kamu sudah cukup dewasa, sehingga ibu sudah bisa percaya kamu bisa menjalani hidupmu sendiri. Meski demikian, jangan pernah lupa, ibu akan selalu ada untukmu kapanpun kamu merasa lelah dan ingin pulang.


Yang selalu mencintaimu,


               -ibu-