Thursday, July 9, 2015

Rindu, Kalbu, Tabu

Saat aku merindu, dini hari selalu jadi musuh tidur lelapku. Seenaknya dia memaksaku membuka kelopak mata, untuk kemudian membuatku memikirkan kamu, walaupun kamu dekat di sisiku, seperti malam itu.

Sesungguhnya jauh di dalam lubuk hatiku, aku tahu kamu tak akan selamanya bersamaku, tapi aku tak mau mengaku. Maka saat dini hari tiba, ketakutanku membuncah hingga membangunkan tidur lelap, di tengah lelah.

Kamu ada di situ, tidur telentang dengan wajah begitu tenang. Kudekatkan telinga ke wajahmu, mencoba merasakan hembus napasmu. Lalu kuletakkan kepala, di dadamu demi mendengar setiap detak jantungmu seolah berkata, "Aku hidup. Aku masih ada. Tenang saja." Sejurus kemudian aku bisa tersenyum lega, hingga dini hari tak lagi menakuti. Aku pun bisa kembali terlelap nyenyak, di sisimu. Hal yang sama selalu terulang di malam-malam setelahnya, hingga akhirnya kamu sungguh sirna. Tidak lagi ada.

Meski begitu, ritual dini hari itu tidak pernah meninggalkan aku. Seperti halnya rindu yang enggan meninggalkan kalbu, meski aku tahu kamu adalah hal yang tabu meski hanya untuk kusebut dalam bisu.

(Ditulis dengan iringan lagu Silverchair - Across The Night)